Ahirnya semangat untuk menulis tiba!!! Yeaaay!!! Setelah hampir sebulan hidup di kota baru dengan niat awal menulisakan catatan harian tak terwujud, waktu yang terlalu senggang di hotel membuat saya akhirnya bersemangat untuk menuangkan kisah awal hidup di Tanjung Redeb.
Okeyyy...sekedar informasi kota yang baru saya tinggali selama 25 hari ini bernama Tanjung Redeb, merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Kalimantan sebelah timur bernama Berau. Tidak banyak informasi yang saya tahu dari daerah ini sebelum kedatangan saya selain dari internet. Itupun kebanyakan catatan-catatan para pelancong yang tujuan utamanya berpelesir ke Derawan, Maratua, Kakaban, dan sebagainya. Biasanya Tanjung Redeb hanya jadi persinggahan sementara mereka.
Jujur saja ketika menikmati malam pertama di kota ini, saya masih belum 100% "On". Kulit saya masih merasa-rasa, mencari memori apakah hawa seperti ini pernah saya rasa sebelumnya. Awal penilaian saya sepertinya mendekati daerah-daerah panas di Sumatera, kota yang mungkin di siang harinya akan terik seterik lighting di film Laskar Pelangi. Setelah mendarat di bandara Kalimarau sekitar jam 6 sore, saya tiba di hotel Mitra dengan menempuh perjalanan kurang dari satu jam. Dari luar, sebenarnya...mmm...jujur saja...hotel ini sangat tidak meyakinkan. Dengan membandingkan halaman hotel kelas melati di Bandung saja, ya...seperti tidak terperhatikan dengan terlihatnya tumpukan kayu di satu sisi dan pasir serta bebatuan di sisi lain. Setelah keesokan harinya saya sadar betul ternyata hotel ini sedang direnovasi. Suasana kamar enak, juga ibu pemilik hotel yang baik.
Talking about the food life here...setelah melakukan assessment di bulan Januari, saya sudah memiliki paririmbon mengenai beberapa tempat makan di sini. Harga makanan yang cukup mahal saya duga saat pertama datang, ternyata wajar juga. Untuk referensi tempat makan, sebaiknya kunjungi tempat-tempat ini:
1. Cafe Colombo. Terletak di jalan Gajah Mada, hanya selisih 3-4 bangunan dari hotel Mitra. Tempat ini menyajikan Chinese food. Menu yang paling saya suka capcay (as always) isinya bakso ikan, bakso udang, brokoli, udang ukuran sedang, ayam, kembang kol, sawi putih, dan (lucunya) potongan ketimun (dooong). Harganya Rp. 40.000 bisa dinikmati untuk 3-4 orang yang bernafsu makan normal. Menu lain yang sudah saya coba yaitu udang goreng tepung Rp. 60.000 dan udang asam pedas Rp. 40.000. Menu-menu porsi tersebut normalnya memang untuk 3-4 orang juga.
2. RM Sari Ponti. Letaknya di jalan Durian II dekat perempatan lampu merah Durian III. Persis setelah 1 minggu berada di Tanjung Redeb, ada jamuan makan malam di tempat ini dari kantor. Kami menikmati ikan bakar (enaaaakkk banget!!!), udang galah (udang terbesar yang pernah saya makan setelah hidup di muka bumi ini selama nyaris 28 tahun), kepiting (tidak saya jamah sama sekali karena mata si udang galah melototin saya terus, maksa pengen ditelen), sup asparagus dengan beberapa biji jagung dan jamur shitake (kuahnya light jadi pas dipadankan dengan menu seafood yang berbobot), kangkung (lebih enak kangkung si HDL siih). Adapun kompensasi mata uang yang dari segala kenikmatan ini sekitar Rp. 2,5 juta untuk 11 orang, itupun masih ada 3 piring makanan berlebih yang tidak terjamah yaitu kepiting-kepiting anak buah dari Mr. Krabs.
3. RM Prima Rasa letaknya bersebrangan dengan hotel Mitra, sebelah lapangan. Merupakan kedai Chinese food Muslim, walaupun si mas pedang terang-terangan menjawab dia menggunakan arak untuk membuat calamary yang enak. Menu favorit saya tami capcay. Sebaiknya tidak memesan fuyunghay di tempat ini karena tidak seperti yang biasa saya makan di Bandung atau Jakarta. Fuyunghay yang dijual di sini lebih tepat saya sebut omelet dengan saus chinese food yang merah-merah itu looh.
4. RM Bunga Khatulistiwa di jalan yang tidak saya ketahui namanya, patokannya dekat (the one and only) BCA. RM ini baru buka di awal bulan Januari 2013. Menu yang disajikan cocok di lidah. Yang paling laris nasi bakar Rp. 6.000 (selalu kehabisan jika sudah sore), soto ayam Rp. 10.000, ayan negeri Rp. 20.000, ayam kampung Rp. 25.000, dan ayam kampungan tentunya tidak lolos audisi untuk dipajang di etalase.
5. Lopecoffe. Plang namanya sih Starbucks wannabe, tapi menu-menu yang disajikan boleh juga lah. Hazelnut coffee enak, pas!
6. Stand-stand makanan yang mangkal setiap hari minggu di tribun pemuda GOR jalan Mangga I. Langganan saya soto ayam (sejujurnya karena kangen soto ayam mama). Ada yang menjual pempek (yang kebanyakan penyedap rasa), ada pula stand yang menyajikan menu khas Yogya yaitu aneka gudeg.
7. Isaku Iki terletak di jalan Mulawarman, dekat hotel. Harga bersahabat, rasa mantap. Nama menu makanan di sini Jepun banget deh, padahal soal rasa ya tetep Indo juga. Ada Yakimeshi a.k.a NasGor, Yakisuba a.k.a MieGor, Nasi Mawut (emang Japanese food ya?), Teriyaki, Yakiniku, Katsu, dan Telor Ceplok/Dadar (dimana si pedagang belom tau apa tuuh bahasa Jepangnya).
Walaupun banyak pedangang five foots di Tepian, sebaiknya jangan makan di sana. Sempat saya lihat beberapa pedagang menggunakan air sungai yang berwarna coklat untuk mencuci peralatan makan. Mungkin tidak semua pedagang seperti itu, tapi cukup ilfil juga melihatnya.
I'll see you readers on my next story. Have a great day, God bless ya!!!